JAKARTA - Pembatasan penerapan kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dianggap tergesa-gesa. Pemerintah pun dinilai tidak memperhatikan aspek lain dari kebijakan ini. Salah satunya, kata mantan Mendikbud M Nuh, pengadaan buku.
Pemerintah sendiri menggelontorkan dana hingga Rp2 triliun untuk pengadaan buku kurikulum 2013. Meski demikian, distribusinya masih terhambat di sebagian besar sekolah yang menerapkannya.
Ketika ditemui di Jalan Cut Mutia, Menteng, Jakarta Pusat, belum lama ini, Nuh menyampaikan kekhawatiran tentang buku teks yang akan digunakan anak didik berikutnya. Berikut petikan wawancara dengan mantan Mendikbud M Nuh:
Apa kekhawatiran utama Anda terkait kebijakan penerapan terbatas kurikulum 2013 ini?
Saya juga lagi berfikir, kalau memang Januari nanti kurikulum 2013 tidak dipakai lagi, maka jelas, orangtua akan membeli buku baru. Padahal pemerintah baru saja menaikkan harga BBM.
Semua tahu berapa harga buku pelajaran. Dan yang paling berbahagia hari-hari ini adalah para penerbit. Mereka bertepuk tangan.
Mengapa Anda yakin tentang hal tersebut?
Saya sangat paham. Karena ketika saya mengunjungi percetakan untuk buku kurikulum 2013, mereka menunjukkan stok buku pelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di gudang. Sehingga hari-hari ini, stok buku miliaran rupiah akan segera bersih, cuci gudang.
Jadi kalau nanti ada harga buku KTSP lebih murah dibandingkan harga buku kurikulum 2013 yang beredar pada 2012, maka itu wajar. Sebab, itu stok buku lama. Kan bisa kita lihat tahun pencetakannya.
Penerbit yang akan berbahagia. Dan berapa kerugian negara akibat kebijakan ini? Sepanjang tidak dipersoalkan saja sudah untung.
Ada pihak sekolah dengan enak menjawab, buku-buku yang ada ya disimpan saja di gudang. Ini kan mubazir. Jika menunggu sampai semester depan saja, sehingga evaluasi juga utuh, dan buku teks yang sudah dicetak tidak sia-sia.
By: Ray Dwiko
Post a Comment