JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memutuskan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk tidak akan diterapkan di semua sekolah sebagaimana rencana awal, melainkan dibatasi ke sekolah-sekolah yang sudah siap saja.
Mendikbud akan menyaring kesiapan sekolah berdasarkan sejumlah kriteria. Untuk sekolah-sekolah yang belum siap, Anies mengizinkan kembali pada Kurikulum 2006 atau KTSP.
Keputusan Anies tersebut ternyata menyebabkan kerugian bagi pihak asosiasi perusahaan percetakan. Menurut Ketua Persatuan Pusat Grafika Indonesia (PPGI), Jimmy Junianto, sebanyak 42 percetakan sudah terikat kontrak penerbitan buku senilai Rp5 triliun. Rinciannya, kontrak semester I Rp3,1 triliun dan semester II Rp1,9 triliun.
"Pembayaran buku semester I baru 48 persen. Padahal, 42 percetakan sudah merampungkan pengiriman 95 persen dari 285 juta buku semester I," ujar Jimmy, seperti keterangan tertulis yang diterima Okezone, Selasa (9/12/2014).
Selain itu, menurut mantan Mendikbud, Mohammad Nuh, Kurikulum 2013 masih layak diterapkan. Para guru justru lebih memahami kurikulum baru ketimbang metode sebelumnya. Dia merujuk pada hasil uji kompetensi guru terhadap dua kurikulum terakhir.
"Para guru mencatat skor rata-rata 71 untuk kompetensi Kurikulum 2013. Adapun untuk Kurikulum 2006, guru mencatatkan rata-rata 45," ucap dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Tapi, Anies Baswedan bisa saja membuka kemungkinan menarik Kurikulum 2013 secara total. Menurutnya, pembatalan menyeluruh bisa dilakukan meski perbaikan kurikulum baru belum rampung.
Anies menarik Kurikulum 2013 dari sebagian besar sekolah. Hanya sekolah yang sudah menjalani kurikulum baru selama tiga semester yang diminta melanjutkan. Dengan demikian, hanya 6.221 sekolah yang masih menerapkan Kurikulum 2013.
Jumlah itu setara dengan 3 persen jumlah sekolah yang pernah menjajal Kurikulum 2013, yaitu 218 ribu sekolah.
By : Ray Dwiko
Post a Comment