M Jody Suryawan - Koran Jawa Timur
Jika Anda pernah ke dataran tinggi atau pernah mendaki gunung diatas 3.000 meter. Kemungkinan Anda akan mendapatkan langit yang sangat biru.
Hal ini terjadi karena atmosfer semakin tipis dan semakin keras cahaya matahari. Oleh sebab itu, kita akan merasa gejala altitude sickness, yakni pusing-pusing dan jantung berdebar kencang.
Kerasnya cahaya matahari di dataran tinggi memberikan rentang dinamis yang sangat luas, sehingga bayangan yang terbentuk sangat gelap.
Mungkin banyak fotografer pemula yang tidak begitu suka akan bayangan yang gelap, tapi sebenarnya justru bayangan yang gelap ini yang membuat pemandangan di dataran tinggi ni menarik.
Ada beberapa pendekatan untuk menyikapi pencahayaan di dataran tinggi ini. Yang paling mudah ya, tanpa mengunakan filter apa-apa dan memanfaatkan langit yang biru.
Pendekatan lainnya yaitu mengunakan filter UV di depan lensa untuk menetralkan sinar biru UV yang terlalu kuat, atau malahan mengunakan filter polarizer untuk menggelapkan langit menjadi biru tua.
Tanpa filter
Filter polarizer
Filter UV
Kontrasnya pencahayaan di dataran tinggi menurut saya harus dimanfaatkan, bukan malah dihindari. Dengan sedikit imajinasi, kita bisa membuat foto yang menarik.
Contoh simulasi foto: tanpa filter, dengan filter UV dan filter polarizer.
Penduduk sekitar bersiap menyaksikan acara tarian spiritual di Dongzulin monastery, Yunnan. Cahaya yang keras membuat bayangan yang sangat gelap dan warna yang kontras.
Di hari yang cerah di dataran tinggi menimbulkan bayangan yang gelap dan panjang, terutama di pagi dan sore hari.
Langit biru dan cahaya yang kontras seperti difoto ini tipikal di dataran tinggi, terutama di bulan kering (mulai dari akhir bulan Oktober). Foto Songzanlin Monastery, Yunnan.
Post a Comment